Kamis, 19 Januari 2017

HISYAM MASUK SD


Kriteria memilih sekolah buat anak

Tahun ini Hisyam masuk SD dan aku sudah mikir2 sejak lama...mau sekolah dimana dia nanti. Hal yg harus kulakukan adalah menetapkan kriteria sekolah seperti apa yg sejalan dengan harapanku thd anak2ku

Aku ingin anakku ga sekedar pintar dalam hal akademis..aku memilih menjadi orang tua yg membebaskan apa yg mereka suka. Ga harus nomor satu diantara anak2 lainnya. Tidak sebagaimana aku dituntut dahulu kala oleh bapakku, meski sebenernya aku ga merasakan dampak buruk secara langsung dari tekanan2 tersebut. Sekilas flashback,  pas aku SD bapak selalu menginginkan aku dpt rangking 1, beliau mengancam kalau aku rangking 2 aku akan dibelikan kambing dan ga boleh sekolah lagi...aku harus menggembala kambing. Dasar anak2...aku percaya saja waktu itu dan merasa ketakutan setiap kali masa pengambilan raport...bagai berakhir duniaku. Tapi tak pernah terbukti omongan bapak itu serius apa ga...krn aku mmg selalu rangking 1 :D *sombong* Untung saja SMP dan SMA dah ga berlaku lg ancaman tersebut. Alhamdulillah

Entah berhubungan atau tidak, satu hal dampak negatif yg aku rasakan sekarang dengan tertuntut untuk selalu berprestasi akademik di sekolah yaitu aku tidak memiliki bakat/bidang khusus yang benar2 aku dalami. Secara rata2, nilai di semua pelajaran cukup bagus dan itu mengantarkan aku masuk ke sekolah favorit dan universitas serta jurusan yg cukup bergengsi lalu setelah lulus bisa diterima menjadi pegawai di sebuah perusahaan. Ya memang ga buruk sih, bahkan itu sudah memenuhi harapan orang tuaku,  hanya saja jika aku berharap anakku bisa lebih baik sah sah aja kan :D Kadang aku merasa bosan...bingung...karena kurang passion dan merasa ga berkarya apa2 dalam hidup ini karena aku tak punya keahlian khusus yang berpengaruh ke orang2.. (ya mungkin pikiranku aja...nah...mulai kan ngaco...wkwkwkkkk)

Saat aku jadi orang tua ini aku pengen bersikap tdk spt ortuku dulu...aku ingin anakku belajar atas dasar keinginannya sendiri, tugasku adalah menjelaskan kepada mereka akan konsekuensi atas sikap yg akan mereka ambil.

Setelah survey beberapa sekolah sekitar cinere dan stalking blog orang tentang survey SD, akhirnya aku memutuskan untuk daftar di Lazuardi GIS Cinere. Setiap sekolah pasti ada (+) dan (–)nya tapi dengan menimbang berbagai hal, paling cocok mmg disitu. Smg keputusan kami ini tdk salah untuk Hisyam.

Berikut yg menjadi dasar pemilihan SD buat Hisyam
  1. Sekolah dekat dari rumah (Lazuardi hny sekitar 10’ perjalanan, searah mau ke kantor)
  2. Sekolah ga ada PR. Aku rasa belajar di sekolah tuh dah cukup capek ya...biar waktu di rumah itu buat maen aja. Dasarnya aku percaya bhw yg penting dr belajar tu kualitas, bukan kuantitas. Jd mending belajar bentar tp paham drpd lama2 malah mumet ;p
  3. Sekolah ga ada ranking. Setiap anak tu kan berbeda, punya kelebihan di bidang A mungkin lemah di bidang B dan ga bisa dihitung secara kuantitatif begitu saja. Yang penting smg anakku bisa mengoptimalkan kelebihannya dimana, utk yg dia ga suka ga harus dipaksa, cukup memenuhi standar minimal
  4. Tidak pinggir jalan raya banget, sekolahnya banyak pepohonan, ruang kelas terang (ga suram) meski ga ber-AC sepertinya cukup sejuk.
  5. Metode belajar menyenangkan dengan fasilitas yang cukup memadahi, banyak kegiatan luar ruang, ga selalu di bangku kelas.

Alasan lain kami milih SD Lazuardi 

Jadi di SD Lazuardi tu masuknya ga pakai test. First come first served (yang tertempel di spanduk).  Beberapa sekolah lain menerapkan test, jadi siswa bisa keterima/ ga dari test tersebut. Aku kurang setuju dengan sekolah yg seperti itu karena seolah mereka hanya akan menerima  anak2 yg pinter aja. Padahal kan kalau sekolah bagus harusnya bisa mencetak anak jd pinter, bukan menyaringnya di depan. Hehee

Meskipun ga ada test, tetep ada jadwal observasi dan wawancara. Untuk melihat kesiapan anak masuk jenjang SD dan mengetahui visi serta harapan orang tua memasukkan anaknya sekolah disitu. Jadi konon apabila ada yg ga keterima tuh karena visi ortu beda banget sama program sekolahan berhubung program Laz memang sedikit berbeda.

Berikut cerita sekilas tentang wawancara kami waktu itu terkait harapan dan motivasi :
Kami mulai bercerita bagaimana Hisyam
hisyam adalah anak yang ceria, aktif, cerewet, banyak ingin tahu, tapi agak susah untuk mencoba hal2 yang baru apalagi kalau hal tersebut ditawarkan, pasti akan dia tolak dulu sebelum tau itu apa. Kami ingin hisyam menjadi anak yang memiliki passion terhadap sesuatu, menemukan apa yang dia suka dan bersemangat meraih apa yang diinginkan. Selain harapan agar dia menjadi orang yg punya attitude dan akhlak yang baik, taat pada Tuhan, kami ingin pihak sekolah bisa membantu kami mendidik dia menjadi orang yang sukses dengan kesadaran. Kami ingin hisyam bisa belajar  karena kemauan dan kebutuhan...bukan karena kewajiban.  Begitu juga dengan ibadah...karena dia ingin bukan karena harus. Kami belum tau benar bagaimana caranya, semoga lewat sekolah bisa membantu tujuan tsb. Hisyam sampai saat ini (TK B) belum bisa baca dan tulis...memang ga kami paksa untuk bisa sekarang.


Kami juga ingin hisyam sekolah itu untuk belajar memahami sesuatu dalam hal hubungan dengan kehidupan nyata bukan sekedar menghafal. Dengan metode Pembelajaran kontekstual (konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari ) dan PBL (Project Based Learning) kami pikir proses belajar anak2 akan lebih menyenangkan. Semoga saja....

Yang kami dengar katanya di Laz ada pelajaran enterpreneur, anak dikenalkan dengan berbagai macam profesi, kadang berkunjung ke pasar, ke tukang jahit dll. Anak juga diajarkan ketrampilan2 dasar pekerjaan rumah, bersih2, juga berkebun.

Guru yang mewawancara kami juga menambahkan bahwa di Laz menganut teori multiple intelligence (bahwa setiap anak adalah cerdas pada bidangnya masing-masing), buku raportnya nanti berupa laporan anak secara kualitatif bukan kuantitatif

And then... jadilah kami mendaftarkan Hisyam di SD Lazuardi bulan Oktober lalu. Biaya masuknya Rp 27 juta SPP 1,8jt/bulan dan uang tahunannya 8jt. Booking fee 50% dr uang pangkal dan sisanya bisa dicicil sampai tahun ajaran baru nanti. fyi, biaya tersebut ya setara dengan sekolah2 swasta di daerah cinere seperti Dian Didaktika, Avicenna, Ar Rahman, Darojatul Ulum, Ar Ridha As Salam, Al Fath. Sedangkan untuk Cita Persada dan Harapan Bangsa memang lebih mahal sih. hehee

Kesimpulan

Tentang memilih sekolah anak harus disesuaikan pada kemampuan dan kebutuhan. Kalau masih SD hal tersebut lebih ke selera orang tua karena anaknya belum bisa milih sendiri jadi pasti ortu yg milihin dengan berbagai alasannya. Bahwa tidak ada sekolah yang sempurna layaknya manusia. Pasti ada kelebihan dan kekurangan.  Kami sebagai orang tua hanya berusaha memberi yang terbaik untuk masa depan anak2....semoga mereka bisa tumbuh dengan cemerlang dan bermanfaat bagi semesta bukan hanya untuk dirinya sendiri ;)

pertama datang ke calon sekolah


see ya


1 komentar:

  1. Pas masuk sd laz kmrn Hisyam brp tahun mba? Lg bth referensi😁 thanks

    BalasHapus