Sejak kecil aku bukan orang yang membiarkan
diri menjalani hidup begitu saja sebagaimana kebanyakan orang-orang di
sekitarku. Komentar “ngapain kaya gitu dipikir”, “ngapain menyusahkan diri
sendiri” dan “kaya kurang kerjaan saja” kerap kali kudengar dari mereka. Namun sebenarnya
aku merasa hal tersebut bukan sepenuhnya keinginanku karena tidak jarang
membuatku pusing sendiri untuk sesuatu yang tidak bisa aku atur. Mungkin jalannya otakku yang sedikit berbeda, aku terlalu banyak berpikir dan memikirkan
hal-hal yang sering kali dianggap orang remeh temeh dan tidak seharusnya jadi
beban pikiran.
Masalah sampah adalah salah satunya, bahwa aku
selalu kewalahan berpikir bagaimana ini sampah plastik semakin banyak, TPA
semakin penuh dan jumlah manusia terus bertambah yang artinya semakin banyak
produksi sampah. Laut dan sungai tercemar, produk-produk konsumsi manusia
semakin tidak ramah lingkungan dan rata-rata tidak dapat terurai. Semua itu membuat
kepalaku sakit dan terus bertanya-tanya apa yang bisa aku lakukan untuk mengatasi
dan memperbaiki keadaan ini. Usahaku sejauh ini adalah meningkatkan kesadaran
untuk mengurangi menghasilkan sampah dan memilah untuk sampah-sampah yang terlanjur
dihasilkan.
Tentu saja aku sadar tidak bisa
seketika merubah orang dan merubah keadaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri
dan dari keluarga kecilku. Sejujurnya untuk menanamkan kebiasaan sekedar
memilah sampah kepada orang dewasa di dalam rumah (suami dan bibi) saja
tidaklah mudah, harus cerewet setiap hari, buat mereka masuk telinga kanan
keluar telinga kiri dan besok diulang lagi ditambah komentar
“apa pengaruhnya kita begini tapi
berjuta-juta orang di luar sana tidak melakukannya. Percuma, bund!”
“Engga, ga percuma” kataku, "kalau semua orang ga ada yg mau mulai atau ga ada yang sadar, dunia ini semakin ga punya harapan lah".
Tantangan lain adalah ketika kota tempat
tinggal kita khususnya dan juga negara pada umumnya, belum punya sistem kelola sampah
yang bagus. Jadi memang agak percuma jika kita memilah dari rumah, ketika diambil
tukang sampah dicampur lagi jadi satu dan berujung ke TPA bercampur dengan
ribuan ton sampah lainnya. Lagi-lagi ga percuma pikirku, karena kalau kita
pilah dari rumah, setidaknya membantu pemulung yg hendak memungut sampah kita
yang masih bisa di daur ulang. Katakanlah kardus bekas atau botol minuman, akan
lebih kelihatan ketika sudah berkumpul dan tidak campur dengan sampah basah
sisa-sisa makanan.
Sejak bertahun-tahun lalu, bahkan sejak kecil,
rasanya masalah sampah ini selalu membuatku resah dan gelisah, makanya dalam
setiap apa yang aku lakukan aku selalu kepikiran. Aku selalu berusaha dengan
caraku meski entah itu berefek signifikan atau engga, aku butuh sedikit
ketenangan sedikit penghiburan bahwa aku ga pernah abai. Sejak punya anak bayi,
aku berkenalan dengan clodi untuk mengurangi popok sekali pakai, aku pakai
breast pad yg bisa dicuci dan juga mulai saat itu aku mencoba pake menspad yang
dapat dicuci juga. Meski belum 100%, setidaknya aku mengurangi sampah yg
kuhasilkan ke TPA. Setiap mau jajan take away aku kepikiran bungkusnya jadi
sampah, setiap mau belanja online aku merasa bersalah bakal ada bungkus2 produk
yang tak jarang berlapis2 dan tebal. Pokoknya ga tenang dan ga nyaman banget deh setiap harinya
bayangin sampah.
Wah, ga bisa begini terus nih
pikirku…. usahaku harus lebih nyata lagi.
Aku selalu bawa kantong belanja kemana-mana,
mengurangi jajan mendadak (harus terencana biar bisa bawa wadah) meski masih
sering juga aku kecolongan, dah bawa wadah tp ternyata jajanku diplastikin dulu
baru dimasukin wadah. Duh…bener-bener harus sangat dikawal nih. Tepatnya tahun
lalu, aku beli bor biopori, jadi sampah-sampah organik rumah tangga bisa aman sebagian,
masuk lubang-lubang biopori yang aku buat. Kenapa sebagian, karena di rumah
yang masak bibi dan aku ga bisa mengandalkannya harus tertib buang ke lubang
biopori karena lagi-lagi kurang praktis menurutnya. Pernah suatu ketika malah
dibuang di pot kosong di halaman jadi bikin ngengat dan bau. Pokoknya perjuangan
seperti ini ga mudah tanpa kesadaran dari dalam diri.
Tahun 2021 ini aku coba acara lain, yaitu dengan
membeli komposter, semoga bisa lebih memudahkan orang rumah untuk membuang
sampah-sampah rumah tangga sisa bahan makanan. Pelan-pelan aku menemukan caranya
untuk mengatasi sampah yang aku hasilkan dan itu membuatku bahagia. Untuk sampah
anorganik memang masih jadi PR, paling aku hanya memilah yang plastik-plastik
keras kemasan, biasanya aku kumpulkan untuk diserahkan ke pemulung. Kalau
kemasan kosmetik beberapa kali ada program kirim ke Lembaga penelitian, begitu
juga sampah elektronik dan B3 sudah kutemukan penampungnya. Puncak yang bikin
aku happy yaitu ketika suatu malam aku buka-buka Instagram dan menemukan
Waste4change, aku baca-baca sekilas dan langsung klik…bahwa ini yang selama ini
kucari untuk mengatasi PR-ku. Tanpa ragu, malam itu juga aku langsung subscribe
http://w4c.id/PWM
karena sungguh ini jadi solusi.
Ketika aku
lanjutkan baca-baca https://waste4change.com
mempelajari bisnis modelnya dan juga
prestasinya, aku sangat apresiasi dan semakin ingin mendukungnya.
Keuntungan yang aku dapat dari berlangganan Personal Waste Management yaitu :
· 100% Pemilahan sampah Anorganik
· Memperpanjang Usia Hidup Material melalui Daur Ulang
· Mengurangi Timbulan Sampah yang berakhir di TPA
· Meningkatkan Kesejahteraan Operator Sampah
· Meningkatkan Tingkat Daur Ulang Sampah
Kita diberikan 2 kantong untuk sampah anorganik,
kita cukup memilah antara kertas dan non kertas (untuk plastik, kaca, kaleng, sterofoam) dan dimasukkan ke kantong yang
sudah mereka sediakan. Sampah dari rumahku akan dijemput setiap minggu oleh petugas Waste4Change. Layanan ini juga tersedia untuk skope perkantoran, gedung dan
pelaku bisnis, sebagaimana dipaparkan di https://waste4change.com/official/service/responsible-waste-management.
Pengen rasanya ngajakin semua orang, ya
setidaknya saudara dan teman-temanku untuk ikutan juga memakai layanan Waste4Change dengan segala manfaatnya. Tapi balik lagi ke kesadaran dan prioritas setiap
orang berbeda, yang tidak bisa kita paksa. Jadi aku cuma bisa berdoa semoga
kesadaran masyarakat kita akan sampah semakin meningkat, apapun caranya dan
kontribusinya. Aku berusaha di jalanku, salah satunya dengan nulis ini. Siapa tahu
jadi menambah pengetahuan, ada yang mulai lebih tersadar atau malah baru
menemukan apa yang mereka cari dari sini. Yang jelas terlepas dari itu semua,
aku melakukan ini untuk diriku sendiri, wujud dari rasa sayangku ke diri
sendiri karena hatiku butuh lebih nyaman, pikiranku butuh lebih tenang dengan berkurangnya beban, akhirnya
adalah demi kesehatan jiwa ini.
Terima kasih sudah baca, semoga ada manfaatnya :)
Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat
Bijak Kelola Sampah 2021
Nama
penulis: Dufrilianti M