Rabu, 03 Maret 2021

Sampahku Wujud Cinta Diriku

 

Sejak kecil aku bukan orang yang membiarkan diri menjalani hidup begitu saja sebagaimana kebanyakan orang-orang di sekitarku. Komentar “ngapain kaya gitu dipikir”, “ngapain menyusahkan diri sendiri” dan “kaya kurang kerjaan saja” kerap kali kudengar dari mereka. Namun sebenarnya aku merasa hal tersebut bukan sepenuhnya keinginanku karena tidak jarang membuatku pusing sendiri untuk sesuatu yang tidak bisa aku atur. Mungkin jalannya otakku yang sedikit berbeda, aku terlalu banyak berpikir dan memikirkan hal-hal yang sering kali dianggap orang remeh temeh dan tidak seharusnya jadi beban pikiran.

Masalah sampah adalah salah satunya, bahwa aku selalu kewalahan berpikir bagaimana ini sampah plastik semakin banyak, TPA semakin penuh dan jumlah manusia terus bertambah yang artinya semakin banyak produksi sampah. Laut dan sungai tercemar, produk-produk konsumsi manusia semakin tidak ramah lingkungan dan rata-rata tidak dapat terurai. Semua itu membuat kepalaku sakit dan terus bertanya-tanya apa yang bisa aku lakukan untuk mengatasi dan memperbaiki keadaan ini. Usahaku sejauh ini adalah meningkatkan kesadaran untuk mengurangi menghasilkan sampah dan memilah untuk sampah-sampah yang terlanjur dihasilkan.

Tentu saja aku sadar tidak bisa seketika merubah orang dan merubah keadaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri dan dari keluarga kecilku. Sejujurnya untuk menanamkan kebiasaan sekedar memilah sampah kepada orang dewasa di dalam rumah (suami dan bibi) saja tidaklah mudah, harus cerewet setiap hari, buat mereka masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan besok diulang lagi ditambah komentar

“apa pengaruhnya kita begini tapi berjuta-juta orang di luar sana tidak melakukannya. Percuma, bund!”

“Engga, ga percuma” kataku, "kalau semua orang ga ada yg mau mulai atau ga ada yang sadar, dunia ini semakin ga punya harapan lah".

Tantangan lain adalah ketika kota tempat tinggal kita khususnya dan juga negara pada umumnya, belum punya sistem kelola sampah yang bagus. Jadi memang agak percuma jika kita memilah dari rumah, ketika diambil tukang sampah dicampur lagi jadi satu dan berujung ke TPA bercampur dengan ribuan ton sampah lainnya. Lagi-lagi ga percuma pikirku, karena kalau kita pilah dari rumah, setidaknya membantu pemulung yg hendak memungut sampah kita yang masih bisa di daur ulang. Katakanlah kardus bekas atau botol minuman, akan lebih kelihatan ketika sudah berkumpul dan tidak campur dengan sampah basah sisa-sisa makanan.

Sejak bertahun-tahun lalu, bahkan sejak kecil, rasanya masalah sampah ini selalu membuatku resah dan gelisah, makanya dalam setiap apa yang aku lakukan aku selalu kepikiran. Aku selalu berusaha dengan caraku meski entah itu berefek signifikan atau engga, aku butuh sedikit ketenangan sedikit penghiburan bahwa aku ga pernah abai. Sejak punya anak bayi, aku berkenalan dengan clodi untuk mengurangi popok sekali pakai, aku pakai breast pad yg bisa dicuci dan juga mulai saat itu aku mencoba pake menspad yang dapat dicuci juga. Meski belum 100%, setidaknya aku mengurangi sampah yg kuhasilkan ke TPA. Setiap mau jajan take away aku kepikiran bungkusnya jadi sampah, setiap mau belanja online aku merasa bersalah bakal ada bungkus2 produk yang tak jarang berlapis2 dan tebal. Pokoknya ga tenang dan ga nyaman banget deh setiap harinya bayangin sampah.

Wah, ga bisa begini terus nih pikirku…. usahaku harus lebih nyata lagi.

Aku selalu bawa kantong belanja kemana-mana, mengurangi jajan mendadak (harus terencana biar bisa bawa wadah) meski masih sering juga aku kecolongan, dah bawa wadah tp ternyata jajanku diplastikin dulu baru dimasukin wadah. Duh…bener-bener harus sangat dikawal nih. Tepatnya tahun lalu, aku beli bor biopori, jadi sampah-sampah organik rumah tangga bisa aman sebagian, masuk lubang-lubang biopori yang aku buat. Kenapa sebagian, karena di rumah yang masak bibi dan aku ga bisa mengandalkannya harus tertib buang ke lubang biopori karena lagi-lagi kurang praktis menurutnya. Pernah suatu ketika malah dibuang di pot kosong di halaman jadi bikin ngengat dan bau. Pokoknya perjuangan seperti ini ga mudah tanpa kesadaran dari dalam diri.

Tahun 2021 ini aku coba acara lain, yaitu dengan membeli komposter, semoga bisa lebih memudahkan orang rumah untuk membuang sampah-sampah rumah tangga sisa bahan makanan. Pelan-pelan aku menemukan caranya untuk mengatasi sampah yang aku hasilkan dan itu membuatku bahagia. Untuk sampah anorganik memang masih jadi PR, paling aku hanya memilah yang plastik-plastik keras kemasan, biasanya aku kumpulkan untuk diserahkan ke pemulung. Kalau kemasan kosmetik beberapa kali ada program kirim ke Lembaga penelitian, begitu juga sampah elektronik dan B3 sudah kutemukan penampungnya. Puncak yang bikin aku happy yaitu ketika suatu malam aku buka-buka Instagram dan menemukan Waste4change, aku baca-baca sekilas dan langsung klik…bahwa ini yang selama ini kucari untuk mengatasi PR-ku. Tanpa ragu, malam itu juga aku langsung subscribe http://w4c.id/PWM karena sungguh ini jadi solusi.

Ketika aku  lanjutkan baca-baca https://waste4change.com mempelajari bisnis modelnya dan juga prestasinya, aku sangat apresiasi dan semakin ingin mendukungnya.

Keuntungan yang aku dapat dari berlangganan Personal Waste Management yaitu :

    ·       100% Pemilahan sampah Anorganik

    ·       Memperpanjang Usia Hidup Material melalui Daur Ulang

    ·       Mengurangi Timbulan Sampah yang berakhir di TPA

    ·       Meningkatkan Kesejahteraan Operator Sampah

    ·       Meningkatkan Tingkat Daur Ulang Sampah

Kita diberikan 2 kantong untuk sampah anorganik, kita cukup memilah antara kertas dan non kertas (untuk plastik, kaca, kaleng, sterofoam) dan dimasukkan ke kantong yang sudah mereka sediakan. Sampah dari rumahku akan dijemput setiap minggu oleh petugas Waste4Change. Layanan ini juga tersedia untuk skope perkantoran, gedung dan pelaku bisnis, sebagaimana dipaparkan di https://waste4change.com/official/service/responsible-waste-management.

Pengen rasanya ngajakin semua orang, ya setidaknya saudara dan teman-temanku untuk ikutan juga memakai layanan Waste4Change dengan segala manfaatnya. Tapi balik lagi ke kesadaran dan prioritas setiap orang berbeda, yang tidak bisa kita paksa. Jadi aku cuma bisa berdoa semoga kesadaran masyarakat kita akan sampah semakin meningkat, apapun caranya dan kontribusinya. Aku berusaha di jalanku, salah satunya dengan nulis ini. Siapa tahu jadi menambah pengetahuan, ada yang mulai lebih tersadar atau malah baru menemukan apa yang mereka cari dari sini. Yang jelas terlepas dari itu semua, aku melakukan ini untuk diriku sendiri, wujud dari rasa sayangku ke diri sendiri karena hatiku butuh lebih nyaman, pikiranku butuh lebih tenang dengan berkurangnya beban, akhirnya adalah demi kesehatan jiwa ini.

Terima kasih sudah baca, semoga ada manfaatnya :)



Lubang bioporiku



Komposterku (waktu masih baru)


Sampah anorganik dalam 2-3 minggu


Sampah anorganik setelah dipilah dan siap dijemput petugas waste4change


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021

Nama penulis: Dufrilianti M